EVERY DAY IS A GRAT DAY. Default writing direction.
Some text. Right-to-left direction.
-->

Thursday, October 30, 2014

I call this Miracle (2): Bukan Kesempatan yang harus Anda Cari, Tapi Keberanian Mengambil Kesempatan



Sering yang dibutuhkan seseorang bukan hanya kesempatan yang datang padanya, tapi bagaimana dia berani mengambil kesempatan yang sudah ada di depan mata. Kelihatannya simpel, mudah untuk diucapkan, tetapi apa iya seperti itu?
Aku adalah sosok yang lain dari sekarang, yang tidak terlalu dekat dengan teman-teman seluruh konsentrasi di MPWK, yang tidak akan mengambil kelas perancangan kota, yang masih berkutat dengan setumpuk dokumen proyek perencanaan, dan tidak akan mendapat teman-teman baru yang luar biasa dari jurusan Magister Ilmu Kelautan seandainya saja aku tidak nekat mengambil kelas reguler yang mengharuskanku ikut kursus bahasa dengan biaya yang lumayan mencekik dan membuatku terpaksa melepaskan semua kegiatan di luar kuliah dan kursus.
Aku tidak akan pernah tau bahwa SK beasiswa ku telah turun sekaligus mendapat kenalan baru dari ITB -sebut saja Ira- yang juga mengenalkanku pada penerima beasiswa lain, seandainya saja aku tidak ikut tes TCF. Meski harus dibayar dengan biaya yang bisa bikin nafas tertahan selama beberapa detik, alis mengkerut, dan diikuti desahan pelan. Dan aku juga tidak akan mendapatkan remborsment (yang sedang diusahakan) jika aku tidak mengikuti kursus sekaligus tes DELF (semoga).
Aku tidak akan berurusan dengan kampus di luar negeri dan mengetahui bahwa aku diperbolehkan kuliah di kampus tersebut, seandainya aku mengurungkan niat untuk menanyakan tentang syarat level bahasa yang diminta, meski banyak yang menyangsikan keberhasilannya. Dan aku mungkin tidak akan di sini, berdiri menghadap jendela, menatap pepohonan yang daunnya berwarna merah kecokelatan dan mulai gugur satu per satu, jika saja aku tidak menerima tawaran untuk melanjutkan S2 di salah satu negara kiblatnya mode dunia. Ya, Perancis. Meski aku seorang diri (benar-benar hanya seorang diri yang akan diberangkatkan), dengan level bahasa hanya B1, dengan berbagai perasaan berkecamuk, dan sangat tahu resikonya jika mengandalkan beasiswa dalam negeri dan dari departemen yang sama dengan para pendahuluku. Bak cerita lama yang bergulir di telingaku, pertanyaan tentang kepastian pencairan dana beasiswa dan sebagainya selalu berdenging menciutkan nyali ini. Tapi sudahlah, toh aku sudah memutuskan. Aku menerima kesempatan ini.  Dan ternyata Tuhan punya rencana lain. Detik-detik menjelang keberangkatan, Tuhan mengizinkan seorang teman menemaniku, di kota yang sama, di kampus yang sama. That’s the miracle!
Dan mungkin saat ini temankui tidak akan membuat perencanaan perjalanan liburan di Eropa, jika saja dia tidak menerima tawaran beasiswa ke luar negeri yang hanya untuk setengah periode masa studinya di Eropa. Dengan berbagai resiko dia berani mengambil keputusan yang aku bilang berani, meski mendapat kecaman dari beberapa pihak. Nyatanya siapa sangka ada tawaran beasiswa lain yang bisa menutupi sisa masa studinya di sini. Bukankah itu suatu keajaiban? Dan jangan bilang bahwa Tuhan tidak mengambil peran. Bahkan Tuhan sedang memainkan peran-Nya sebagai satu-satunya zat yang paling berkuasa, mengubah segala sesuatu sesuai kehendak-Nya.
See?? Ini bukan soal kesempatan yang tak kunjung datang. Ini hanya soal Anda berani atau tidak mengambil kesempatan yang sudah datang di depan mata. Apa pun wujud kesempatan itu, coba ambillah. Mungkin dia tidak datang dalam wujud sesuai harapan kita. Tapi dia datang kan? Tinggal anda berani untuk menerimanya. Selebihnya, izinkan Tuhan yang menentukan. Lakukan sebaik mungkin, kekuranganya biar Tuhan yang menutupi, karena Dia lah yang MahaKaya, yang tak pernah kekurangan apa pun jua. Dan aku akan menunggu keajaiban-keajaiban lain dari-Nya.

No comments:

Post a Comment