EVERY DAY IS A GRAT DAY. Default writing direction.
Some text. Right-to-left direction.
-->

Friday, January 9, 2015

Benua Biru dan Ceritaku: ISLAM IS NOT TERRORISM, ISLAM IS PEACE

Hari ini pulang dari swalayan jam 19.24 waktu Nantes. Selama nunggu bus di arrête (semacam istilah untuk menyebut halte di Perancis), aku ditemani bapak² yang aku bilang cukup supel juga (jarang lho orang perancis yang nyerocos terus sama orang yang baru dikenal, pendatang pula, pake jilbab pula).
Dalam kondisi gerimis, ada rasa agak khawatir juga. Mengingat kejadian penembakan di Charlie Hebdo kemarin masih jadi trending topic, keberadaan bapak ini bukannya bikin tenang malah bikin aku jadi agak su’udzon gitu.

Dia mulai ngoceh, “Aksi di Paris kemarin, sangat disayangkan ya?” Ya, kataku, c’est dommage….😯

Kemudian dia melanjutkan, “Itu hanya untuk hari ini. Besok ga ada transportasi umum yang jalan.. mau ada manifeste (aksi damai=long marche) kan ya..” setelah beberapa detik mempertimbangkan omongan si bapak antara pertanyaan atau pernyataan, akhirnya aku ngomong… “ada kok, saya baca di berita besok transportasi tetap jalan, tapi hanya setengah hari”.

Usut punya usut ternyata si bapak lagi baca panel informasi yang menginfokan bahwa besok bus jalur 80 (bus yang aku tunggu saat itu) tidak beroperasi 😅😅

Setelah lama menunggu dan juga ngobrol datanglah bus no 80. Di dalam bus pun cuma kami berdua penumpangnya, mau gak mau aku duduk di hadapan tu bapak. Dan dia ngobrol lagi. Kemudian obrolan berlanjut tentang Indonesia, tsunami, dan sebagainya. Tepat sebelum arrête tujuanku, topik pembicaraan kembali beralih ke Charlie Hebdo.

"Insiden Charlie Hebdo, itu tidak ada hubungannya dengan religion, menurutku" kata Bapak itu. Aku langsung menanggapi… "Ya tentu saja". Kalo dalam versi bahasa Indonesia terdengar wajar ya, padahal kalo dalam Bahasa Prancis itu berarti aku menolak argumen si bapak, atau it means: YA, ADA HUBUNGANYA INSIDEN CHARLIE HEBDO DENGAN AGAMA 😨😨

Seharusnya aku bilang “tentu saja tidak”. Untungnya aku menambahi argumenku, “Menurutku itu tindakan terrorism, bukan atas nama agama, khususnya Islam. Saya muslim dan saya tidak setuju terorisme”. Dan begitu pembicaraan kami berakhir karena di depan aku melihat plang Recteur Schmit (tujuanku). Bapak itu masih sempat ngucapin “Sukses untuk studi dan masa depanmu” sebelum akhirnya aku bilang, “Merci, Bonne soirée ☺”

That’s it. Cerita sore hari yang penuh basa-basi, tapi cukup berarti. Entah apa maksud obrolan si bapak, mungkin dia ingin menegaskan bahwa tidak semua orang Prancis menyalahkan islam. Entahlah. 

Setidaknya aku sudah mengungkapkan bahwa yang mereka (penembak) lakukan itu bukan ajaran agama islam. Islam tidak mengajarkan untuk menjadi teroris. Islam itu peace. Tak taukah para teroris itu bahwa menjadi muslim di Eropa itu cukup berat tanpa harus ditambahi dengan kegilaan mereka yang mulai membangkitkan kembali “islamphobia” yang sudah redup beberapa tahun terakhir ini. Entahlah. Allohu’alam. Hanya berharap lindungan dari Alloh. Semoga kehebohan ini segera berlalu, dan muslim bisa hidup tenang lagi. Peace for all ✌