EVERY DAY IS A GRAT DAY. Default writing direction.
Some text. Right-to-left direction.
-->

Thursday, October 30, 2014

I call this Miracle (2): Bukan Kesempatan yang harus Anda Cari, Tapi Keberanian Mengambil Kesempatan



Sering yang dibutuhkan seseorang bukan hanya kesempatan yang datang padanya, tapi bagaimana dia berani mengambil kesempatan yang sudah ada di depan mata. Kelihatannya simpel, mudah untuk diucapkan, tetapi apa iya seperti itu?
Aku adalah sosok yang lain dari sekarang, yang tidak terlalu dekat dengan teman-teman seluruh konsentrasi di MPWK, yang tidak akan mengambil kelas perancangan kota, yang masih berkutat dengan setumpuk dokumen proyek perencanaan, dan tidak akan mendapat teman-teman baru yang luar biasa dari jurusan Magister Ilmu Kelautan seandainya saja aku tidak nekat mengambil kelas reguler yang mengharuskanku ikut kursus bahasa dengan biaya yang lumayan mencekik dan membuatku terpaksa melepaskan semua kegiatan di luar kuliah dan kursus.
Aku tidak akan pernah tau bahwa SK beasiswa ku telah turun sekaligus mendapat kenalan baru dari ITB -sebut saja Ira- yang juga mengenalkanku pada penerima beasiswa lain, seandainya saja aku tidak ikut tes TCF. Meski harus dibayar dengan biaya yang bisa bikin nafas tertahan selama beberapa detik, alis mengkerut, dan diikuti desahan pelan. Dan aku juga tidak akan mendapatkan remborsment (yang sedang diusahakan) jika aku tidak mengikuti kursus sekaligus tes DELF (semoga).
Aku tidak akan berurusan dengan kampus di luar negeri dan mengetahui bahwa aku diperbolehkan kuliah di kampus tersebut, seandainya aku mengurungkan niat untuk menanyakan tentang syarat level bahasa yang diminta, meski banyak yang menyangsikan keberhasilannya. Dan aku mungkin tidak akan di sini, berdiri menghadap jendela, menatap pepohonan yang daunnya berwarna merah kecokelatan dan mulai gugur satu per satu, jika saja aku tidak menerima tawaran untuk melanjutkan S2 di salah satu negara kiblatnya mode dunia. Ya, Perancis. Meski aku seorang diri (benar-benar hanya seorang diri yang akan diberangkatkan), dengan level bahasa hanya B1, dengan berbagai perasaan berkecamuk, dan sangat tahu resikonya jika mengandalkan beasiswa dalam negeri dan dari departemen yang sama dengan para pendahuluku. Bak cerita lama yang bergulir di telingaku, pertanyaan tentang kepastian pencairan dana beasiswa dan sebagainya selalu berdenging menciutkan nyali ini. Tapi sudahlah, toh aku sudah memutuskan. Aku menerima kesempatan ini.  Dan ternyata Tuhan punya rencana lain. Detik-detik menjelang keberangkatan, Tuhan mengizinkan seorang teman menemaniku, di kota yang sama, di kampus yang sama. That’s the miracle!
Dan mungkin saat ini temankui tidak akan membuat perencanaan perjalanan liburan di Eropa, jika saja dia tidak menerima tawaran beasiswa ke luar negeri yang hanya untuk setengah periode masa studinya di Eropa. Dengan berbagai resiko dia berani mengambil keputusan yang aku bilang berani, meski mendapat kecaman dari beberapa pihak. Nyatanya siapa sangka ada tawaran beasiswa lain yang bisa menutupi sisa masa studinya di sini. Bukankah itu suatu keajaiban? Dan jangan bilang bahwa Tuhan tidak mengambil peran. Bahkan Tuhan sedang memainkan peran-Nya sebagai satu-satunya zat yang paling berkuasa, mengubah segala sesuatu sesuai kehendak-Nya.
See?? Ini bukan soal kesempatan yang tak kunjung datang. Ini hanya soal Anda berani atau tidak mengambil kesempatan yang sudah datang di depan mata. Apa pun wujud kesempatan itu, coba ambillah. Mungkin dia tidak datang dalam wujud sesuai harapan kita. Tapi dia datang kan? Tinggal anda berani untuk menerimanya. Selebihnya, izinkan Tuhan yang menentukan. Lakukan sebaik mungkin, kekuranganya biar Tuhan yang menutupi, karena Dia lah yang MahaKaya, yang tak pernah kekurangan apa pun jua. Dan aku akan menunggu keajaiban-keajaiban lain dari-Nya.

Sunday, October 26, 2014

Benua Biru dan Ceritaku: "2 Oktober: Birthday, National Batik's Day, dan Depparture"



Hmmmm...sepertinya sudah lama sekali ingin menuangkan hari-hari bersejarah dalam tulisan ini. Tiga minggu? Itu terlalu lama untuk sekadar mulai bercerita...hahaha
Let’s Move it Up!!
Sebagian besar rakyat Indonesia sudah mengetahui bahwa pada tahun 2009 UNESCO telah mengakui bahwa batik adalah warisan khas kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Seluruh instansi maupun para akademisi dianjurkan untuk mengenakan pakaian batik. Tak hanya di Indonesia, para pelajar di luar negeri pun berramai-ramai menggunakan batik dan memposting foto mereka. Selain buat nunjukin bahwa mereka masih cinta Indonesia, hal ini juga sekaligus ajang buat promosi kebudayaan Indonesia di dunia luar.


Well, that’s story about Batik’s Day. And me??
Oke. 2 Oktober 2014, 01:45 am. Aku terbangun di depan TV yang menontonku tertidur sejak..lupakan –aku tertidur, bukan sengaja tidur di depan TV. Untuk pertama kalinya terbangun pada tanggal 2 Oktober dan sama sekali bukan tentang ulang tahun yang terlintas pertama kali di pikarnku. Aku bukan orang yang terobsesi dengan perayaan ulang tahun atau apalah. Sungguh. Bahkan tidak pernah ada selebrasi setiap tahunnya. Tapi percayalah, bagaimanapun orang tidak merayakan ulang tahunnya dia pasti selalu ingat bahwa “hari ini” itu ada yang spesial –walaupun tidak diselenggarakan secara spesial- buat dia.
Tahun ini, bagiku ada yang lebih penting daripada sekadar perayaan ulang tahun atau hari batik nasional –aku baru sadar ini hari ulang tahunku setelah beberapa menit terbangun dan melihat tanggal di saluran TV, oh...aku ulang tahun?- karena aku sibuk menyiapkan keberangkatanku ke Jakarta, well... tepatnya tujuan berikutnya sih, Eropa!!!
Man!!! It’s Europe!! No... It’s FRENCH!!
Aku bahkan tidak pernah bermimpi –setidaknya saat sekolah- untuk bisa menginjakkan kaki ke luar negeri sejauh ini.... Alhamdulillah, itu pasti. Karena semua pasti sudah terbentang dalam desain perencanaan-NYA. Dan hari ini-dua Oktober- aku akan mengambil Visa sekalian lanjut buat terbang ke Eropahhh.
Akhir-akhir ini aku makin dekat dengan ibu kota, tak disangka hari ini adalah penghujungnya –setidaknya untuk tahun ini. Hanya untuk urusan pengambilan VISA ternyata cukup ribet. Kok ya ndilalah temenku pake adegan dokumenya nggak lengkap dan ketinggalan di koper, sementara kopernya ada di daerah Harmoni, jadi harus bolak-balik kedutaan-harmoni. Hadeeehh...
Jadi persisnya gini kronologinya:
07.55 WIB.    Arrived Soetta airport, nunggu temenku karena pesawatnya dari Jogja delay
08.17 WIB.    Temenku sampe...horeeee
08.40 WIB.  Barengan nunggu Mz  Angga-saudaraku di Jakarta - yang mau jemput kami. (Well, Mz Angga juga lagi sibuk sebenernya buat  packing barang2 karena ini minggu terakhirnya di Indonesia, minggu depan lanjut study S3 ke Manchester, UK. Gilaakk!! Nih saudaraku sekeluarga hebat2 semua deh. Saluut)
09.46 WIB.    Mz Angga datang, nganter kami ke kantor kedutaan di sekitar Bundaran HI sekalian dia berangkat kerja ke daerah Harmoni.
10.53 WIB.    Sampe di kantor kedutaan, nunggu bagian pengambilan VISA yang bukan jam 11.30 (yeeey... kita nggak telat kaya dulu lagi..hahahaha)
11.40 WIB.    Kita masuk, dan ditolak karena temenku lupa nggak bawa kuitansi pembayaran VISA, yang mana punyaku juga dibawa dia –ouch— Kita memutuskan balik ke Harmoni. Tapi pengambilan VISA tutup jam 13.00. Dengan kondisi Jakarta yang macet parah apalagi jam makan siang, that’s so imposible buat bolak-balik HI-Harmoni dalam waktu 1 jam. Besok pagi aja, kata orang kedutaan. What??? Pesawat kita ntar malam Buk!!
                         Coba ngomong sama satpamnya. Masuk lagi ke ruangan si Ibu. Kali ini aku sendirian yang ngomong. Ngelobi ibunya, sambil pasang muka bingung dan memelas.... dan...jreng..jreeeng. si Ibu luluh, kami disuruh balik lagi jam 3. Tengkyu so muaaach deh Bu, eh Mbak juga gapapa...hahahaha
12.00 WIB.    Ambil kopaja lanjut busway ke arah Harmoni –sopirnya ngelindur, dan gak berhenti di Halte Monas dan pake acara nabrak – wow.
12.20 WIB.    Sampe di kantor Mz Angga, ditraktir makan siang
                         Karena baliknya masih jam 15.00 dan batere HP udah sekarat, akhirnya memutuskan numpang nge-charge di pos satpam sebeluk balik ke kedubes. Gokil dah.
14.20 WIB.    Nyegat Kopaja di pinggir jalan, turun di Sarinah, ganti Busway (wuiihh...apall...hahaha).
14.50 WIB.    Kantor Kedubes Perancis (lagi). Dan ketemu mbak satpamnya. Diambilin lah visa kita... tadaaaaa...... alhamdulillah Visa udah di tangan.
14.50 WIB.    Rencana mau pulang, tapi muter ke Mall yang ada Gramedianya di belakangnya kedubes dulu karena temenku mau beli buku tulis sekalian sholat.
15.50 WIB.    Buru-buru balik ke Harmoni, karena kita lupa kalo ini Jakarta, bukan Semarang, yang sewaktu-waktu macet hebat.
16.20 WIB.    Sampe di kantor Mz Angga (lagi). Eh...dapat email dari kampus buat diprint segera. Dibukalah di komputer temen kantor mz Angga -yang ternyata masih pake Windows 99- Maaaannnnn..... mau ngedit tulisan aja setengah mati.
17.15 WIB.    Keluar kantor, pulang ke rumah Mz Angga dan Mb Dewi di daerah Serpong. Lama perjalanannya, dan ketiduran di mobil. Dan tau-tau udah sampe aja di rumah Mba Dewi.
Hahaa.... seharian yang aje gile dah...
Sampe di rumah Mba Dewi, mandi, sholat, makan, basa-basi bentar terus berangkat ke agen travel yang nganter kami ke Bandara. Dan di bandara uda ada dua cewek yang ngebet banget ketemu sama aku dari tadi sekitar abis maghrib. Katanya buat nganter kepergianku melalang buana ke Eropa. They are my Nobiy dan temennya (yang belakangan aku baru tahu kalo ternyata dia adalah si Rara...hahaha). Setelah muter2 kagak nemu-nemu, dan telpon, dan sms, dan telpon lagi..... akhirnya sekitar jam 10.35 PM aku menemukan mereka. Dasar dua gadis tangguh plano ini emang dahsyat deh. Hampir tengah malam dua anak masih keliaran di bandara kaya anak ilang...hahahaa. Demi ngucapin “Happy Birthday” dan “See you next year” sambil bawain dua potong donat J’Co... ohh, so sweet... hahaha.




Setelah ngucap farewell aku siap2 masuk ke terminal keberangkatan.
Voila!! That’s my great 2 October this year!!!
Soooo unforgotable moment. Thank you so much for many people who had help me, Mz Angga dan Mba Dewi, Mbak Satpam dan Ibu bagian Visa, Nobiy-Rara, dan bahkan awak pesawat-busway-dan kopaja...hehehe
Preparing for Flying Without Wings. See You Indonesia..... ;-)

Sunday, September 14, 2014

I call this Miracle (1)



All prises to Allah... Allah, merci beaucoup

Masih berkaitan dengan postingan sebelumnya di mana aku selalu ingat tentang suatu ayat di Al Qur’an yang artinya ...Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)Nya... (QS Al-Hajj:40).
Dan cerita ini akan membuktikan bahwa ayat itu sekali lagi benar.
Waktu aku kuliah semester awal-awal nih, sebagai mahasiswa planologi Undip aku diharuskan mengikuti mata kuliah olah raga yang sebenernya 0 sks. Aku bukannya tidak suka olah raga, sebaliknya aku sangat suka olah raga. Dari kecil aku suka lari-larian dan kadang ikut lomba balap lari waktu SD. Aku juga pernah ikut lomba senam yang berhasil mempersembahkan juara ketiga se Kota Solo untuk SD ku yang notabene SD pinggiran. Pas SMP aku gabung dalam tim basket yang kebetulan pas aku ikutan main, tim kami berhasil jadi juara 2 se Kota Solo (agak mencengangkan sebenarnya karena tim basket putri SMP ku belum pernah lolos, jangankan babak final, semi final aja ga masuk..ups). Trus waktu SMA aku tergabung dalam satuan PKS yang kegiatan sehari-harinya selalu diawali dengan lari “ringan” dan push-up... fiieeewww, i never forget my daily activities there J
Nah..melihat sejarah panjangku dengan olah raga, rasanya sangat tidak masuk akal kalo aku sampe ga suka olah raga. Yup!! That’s not the point exactly. Yang aku ga suka olah raga pas kuliah itu karena sebetulnya kita ga “benar-benar” olah raga dan menurutku cuma habisin waktu aja di antara waktu anak plano yang semakin sempit dengan tumpukan tugas yang ga ada matinya X_X
Intinya aku ga menikmati kuliah olah raga, yang aku sendiri kurang begitu ingat alasannya. Tapi, meski aku ga menikmati kuliah ini, aku tetaplah aku yang gak bisa mengabaikan tugas kuliah begitu aja. Aku tetap datang, tetap absen, dan tetap ngerjain tugas yang dikasih serta ikut ujian. Weiittsss... ternyata ujiannya ada 3 tahap: renang, lari sprint, sama senam. Walopun 0 sks, tapi tetep aku gak pengen ada nila C (ato lebih parah lag D) yang nangkring dengan manisnya di KHS ku. Di antara 3 ujian itu paling susah menurutku adalah renang. Bukan karena aku ga bisa renang, tapi karena selama ini aku “sengaja” gak pernah ikut nyemplung ke kolam renang. Bukan apa-apa sih, aku hanya ga biasa harus renang di depan cowok-cowok. Kita emang dipisah renangnya antara mahasiswa cowok dan cewek, tapiii kolam renangnya bukan kolam khusus cewek. Sama aja boong kali pak!
Hiiyyy....syerem ngebayangin aku sendiri masuk dalam rombongan mahasiswi lari pemanasan ngelilingin kolam renang pake baju renang. No way!!...geli banget deh. Alhasil setiap jadwal renang aku sama temen-temen yang ga mau renang juga dengan berbagai alasan masing-masing, hanya duduk di podium sambil ngeliatin temen-temen kita renang (dan tentunya sambil diliatin tatapan mata-mata “lapar” para lelaki yang ada di sana...iiyyyuuuhhh)
Pas gilirannya ujian, beberapa teman yang pas hari biasa ga ikut renang kaya aku, terpaksa memutuskan untuk “nyemplung” ke kolam dengan alasan takut dapat nilai jelek alias C. Aku? Aku ga bisa... padahal aku sudah pakai pakaian renang dibalik jaket ku. Cuma begitu sampai lokasi, aku ternyata ga sampe hati buat buka jaket. Hanya ada beberapa gelintir orang yang keukeh ga mau renang, salah satunya si Nobiy, temen deketku, yang aku tau pasti alasan dia ga mau renang itu sama persis kaya aku. Kita berdua bimbang, ragu antara iya ato engga, masuk kolam atau tidak, di samping khawatir akan nilai di KHS juga. Kebetulan di saat yang sama ada temenku yang ga ikut juga karena lagi datang bulan. Dia sebenernya jago renang, cuma dia risih kalo harus renang dalam kondisi haid kaya gitu. Akhirnya aku nemenin dia buat lapor sama dosen, izin ga ikut renang karena lagi ga enak badan. Aku bukan bermaksud boong, bener deh, Allah tau kok aku ga bermaksud kaya gitu. Dan lagi aku ga ngomong apa-apa ke dosen, aku cuma ngantar..bener-bener Cuma ngantar...hehehehe.
Tanggapan dosen gimana? Jelaslah ga boleh. Tapi kalopun dilarang emang kita bakalan beneran disuruh masuk air? Si dosen ngancam, dia ga tanggung jawab kalo nilai kami C. Sebagai gantinya kami disuruh bikin paper tentang kesehatan. Okelah...ga masalah kalo urusan paper. Makananya anak plano tiap hari...hahahahaaha.
“Well, aku menguatkan diri. Nilai C itu cukup, bukan gak lulus.. udahlah terima aja kalo harus dapat C. Daripada kamu harus “telanjang” di depan umum...”, kataku dalam hati.
Bismillah...lillahi ta’ala ajalah. Aku mau dikasih nilai apa sam dosennya aku pasrah. Aku anggap aku ngelakuin ini demi membela agama Allah, dan aku kembali ingat sama ayat di atas. Aku yakin Allah yang bakal nolong kami. Setidaknya aku masih punya kesempatan  di 2 ujian yang lain. Dan aku janji sam diriku sendiri, aku bakal mati-matian berjuang biar 2 ujian yang tersisa ini aku dapat skor 80, jadi rata-rata ku gak jadi C.
Persiapan ujian senam, aku latian abis-abisan. Sama temen-temen di kos, walopun gerakannya agak lucu, aku berusaha dengan keras biar apal tiap gerakan. Karena motivasiku jelas: aku pengen dapat nilai A di ujian senam, karena kemungkinan ujian renangku udah hancur. Satu-satunya kesempatan ku ada di sini, karena sprint menurutku masih cukup berat. Pas hari H ujian, aku dan temen-temen plano yang lain udah semangat. Mungkin mereka ga tau kalo aku semangat banget, dan aku benar-benar sudah hapal gerakan dari pemanasan sampe pendinginan. Full!!
Tapi insiden kecil bikin aku kecewa. Kecewa banget. Aku kecewa banget sama salah satu dosen itu karena tiba-tiba mendiskualifikasi jurusanku. Whatttt???? Padahal ini satu-satunya kesempatanku buat ngedongkrak nilai. Kesalahan kami sepele, karena katanya kami gak siap tampil gara-gara sudah dipanggil sampai 3 kali dan tidak ada yang mengambil posisi. Padahal sebaliknya, kami justru sangat siap saat itu. Kami Cuma ga dengar kalo planologi udah disebut sampai 3 kali. Karuan aja, ada berapa jurusan yang berakhiran dengan “..logi”, wajar kan kalo kami ga terlalu denger suara dosen yang gak terlalu jelas di tengah lautan mahasiswa yang teriak-teriak? Aku tau kok gimana kecewanya temen-temen yang uda latian mati-matian juga. Kami udah coba ngejelasin, tapi emang dosennya kayanya sensi banget, dia uda ga mau tau. Pokoknya ga ada kesempatan kedua... hahahahah...bubarrrr!!
Renang ga ikut, senam di diskualifikasi. Huft...kesempatan terakhir: sprint. Dalam ujian ini aku harus lari 6x putaran stadion dengan catatan waktu tidak boleh lebih dari 3 menit. Padahal catatan waktu lari ku saat latian adalah 3’18”... lebih 18 detik. Oh..maannnn.... aku harus bisa 18 detik lebih cepat biardapat nilai A. Hmmmm.... beraaattt. Percaya ato engga, pas sholat tahjjud edisi malam ujian itu aku bener-bener berdoa sama Allah minta dimudahkan, karena bagaimanapun juga aku gak ikut renang karena ada alasan yang mendasar menyangkut keyakinanku. Dalam hal ini aku meyakini tindakanku sebagai bentuk pembelaan terhadap Islam, jadi secara gak langsung aku “menagih” janji Allah.
Dan... paginya, saat jadwal ujian lari, tiba-tiba hujan turun. Bress....
Wow.. apakah ini bukti janji Allah? Bisa jadi. Hari itu hujan deras sejak jam 5 pagi. Ujian mulai jam setengah 6. Aku tunggu samapai reda, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda segera berhenti.  Kondisi seperti ini gak mungkin ujian lari tetep dilaksanakan. Tapi entah kenapa aku punya firasat aku harus tetep berangkat. Akhirnya aku sama temen kosku mutusin nekat berangkat ke stadion pake jas hujan. Biarlah basah-basahan, yang penting sampai dulu biar tau pengumuman selanjutnya. Dan ternyata kabar baik pun datang. Lari sprint ditiadakan hari itu diganti minggu depan, dan untuk mahasiswa yang udah terlanjur datang ke stadion disuruh tetep absen, sebagai gantinya kami akan dapat jaminan nila A!! Prok..prok..prok.... alhamdulillah... tanpa harus lari aku sudah dapat nilai A. I can’t find any right words excep “the miracle”. Dan doaku bener-bener diijabah sama Gusti Allah. Ternyata temen deketku, Nobiy, yang gak ikut ujian renang dengan alasan yang sama denganku itu pun juga hadir hari itu. Ya Alloh... terima kasih. Allah mahabijaksana, janji Allah itu pasti.
Tiba saat keluar hasil ujian. Nilai olahraga ku: A. Bener-bener A. Aku pikir nilai A ku hanya untuk lari, tapi ternyata semua. Nobiy juga dapat A. Oh... Allah bener-bener mencampuri urusan kami, dan aku sangat senang sekaligus berterima kasih karena campur tangan Allah lah semua bisa terjadi. Padahal temen-temen lain yang udah bela-belain renang tapi ga mencapai batas maksimu yang diminta justru dapat B. Mereka nyesel, tau gitu dulu mereka ga ikut renang dan bikin paper aja justru dapat A...
Hahaha... padahal itu bisa jadi karena Allah sedang menepati janji bagi hamba-Nya yang niat membela agama-Nya. Semoga saja seperti itu. Karena Allah sebaik prasangka kita buikan??
Dan sekali lagi, it’s miracle!!

Tuesday, September 9, 2014

Allah, Je T’aime :) .... part 1

well hello again...
akusudah lupa kapan aku memposting sesuatu di blog ku sendiri. well, sekarang lagi pengen nulis-nulis sesuatu yang cukup panjang.. (eh..bukan novel) setelah sering bercermin dan merenung (duh..apalah ini..).



...Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)Nya... (QS Al-Hajj:40)

Aku selalu terngiang ayat tersebut, walaupun jujur sering lupa suratnya, hehehe... Tapi menurutku ayat itu bener banget deh. Aku yakin banget sama hal itu karena ini beneran terjadi dalam hidupku, mungkin kalian juga tapi kalian ga sadar aja. Trust me, it works!!
Aku ingat pengalamanku pas SMA saat aku harus memilih masuk ke organisasi yang cukup “exclusive” di sekolah atau menggunakan hijab (well...aku masih buka-bukaan saat SMP cuy...). Saat itu aku bingung banget harus milih yang mana, secara masuk ke organisasi X itu adalah cita-citaku dari kecil. Singkat kata sebenernya aku udah dipilih langsung sama senior yang ada di organisasi itu saat latihan pas MOS (Masa Orientasi siswa) hari pertama. Ada senior yang ngeliat bakatku dan langsung nunjuk aku untuk jadi salah satu “pemain utama” pas MOS hari berikutnya. Emang sih aku cinta banget sama semua yang berhubungan dengan PBB  (tapi bukan Perserikatan Bangsa-Bangsa ya...). Bahkan bisa dibilang kegiatan itu udah mendarah daging dalam diriku. Hahahaha....
Pas hari terakhir MOS aku memberanikan diri ngomong ke ketua nya kalo aku mau mundur. Waktu aku bilang aku mau mundur, sebenernya aku dibujuk sama mas ketuanya buat tetep stay di sana. Katanya “Kenapa kamu keluar? Kamu tu gak usah keluar otomatis udah jadi anggota nanti. Aku tau kualifikasimu, khusus buat kamu ntar latiannya cuma formalitas aja deh. Kamu pasti tetep masuk anggota.”
Trus aku bilang, “Aku habis ini rencana mau pake jilbab mas..... Kalo aku berjilbab, aku masih bisa diterima??”. Hening selama beberapa detik... kemudian mas ketua itu ngomong lagi, “ Yah... kita liat ntar aja ya..”
Apa coba ngomong kaya gitu? Iya kali aku digantungin... Hadeeehhh...
Trus aku memberanikan diri ngomong lagi sama senior yang lain kalo aku mau keluar... Dudulnya aku ga mikir kalo itu masih di dalam forum. Dia tanya kenapa aku mau keluar, ya karena aku anak baik-baik nan polos, maka aku jawablah pake alasan sesungguhnya. Di luar dugaan mbak nya yang ga perlu disebut namanya itu-karena aku juga udah lupa siapa dia hahahaha- ngejawabnya ketus banget. Kasarannya lu mau keluar ya keluar aja, masih banyak yang butuh dan pengen gabung ma kita!!
Okeh!! Fine!! I’am quit!!
Tau gak sih, memutuskan keluar dari organisasi itu ibarat kata seorang pemain basket yang disuruh berhenti dari dunia basket. Sakitnya tuh di siniiii..... (ngebayangin orang nunjuk ke arah dada.....  -.-)
Tapi yaaahhh...aku mencoba menghibur diri lah kalo alasanku keluar itu bukan karena hal yang remeh. Lebih dari itu alasanku menyangkut prinsip hidupku lho. Berhijab itu wajib hukumnya bagi muslimah. Aku muslimah, ya berarti aku harus pake hijab. No excuse!! Kenapa aku mau mengikuti aturan konyol daripada aturan dari Tuhan. How stupid I am if i just follow my ego. Aku ingat ayat di atas bahwa Allah PASTI akan menolong siapapun yang menolong agamaNya. Dan janji Alloh itu PASTI!! Aku pikir berhijab adalah salah satu cara menolong agama Allah. Terlepas dari benar atau tidak, itu semata adalah keyakinanku saat itu.
Dan yu no wat, besoknya aku diajakin ikutan laitian di organisasi lain yang bisa dibilang sodara tiri si organisasi X tadi. Kenapa aku bilang sodara tiri? Karena perlakuan pihak sekolah yang selalu menganak tiri kan organisasi ini. Hellooo.... salah apa coba mereka harus dianak tirikan?? It doesn’t make a sense!!
Saat aku pertama kali join, aku belum kepikiran bahwa aku bakal excited nih di sini. You know lah aku baru aja “putus cinta” sama organisasi X tadi, jadi ibarat orang pacaran aku baru tahap move on dan cari pelarian..#uhuk..
Tapi di luar dugaan, sambutan senior-seniornya plus temen-temen yang ada di sini tu nyenengin banget. Apalagi begitu aku tahu di sini juga ada kegiatan PBB-nya dan satu yang pasti, aku ngeliat seniorku ada yang berhijab. Bukan cuma satu, tapi banyak!!
Seperti kebanyakan kegiatan eks-kul di sekolah, hari pertama dipake buat acara ramah tamah. Dan samapailah pada sesi memperkenalkan diri, aku ditanya-tanyain gitu kenapa aku memutuskan mengundurkan diri dari organisasi sebelah. Dan ternyata aku mengeluarkan jawaban jujur... hahahhaa...luarr biasa!!
Yap...hal ini sekaligus menjelaskan bahwa aku milih organisasi ini bukan karena aku dibuang dari organisasi sebelah. Aku menegaskan bahwa aku MEMILIH gabung di sini, bahkan bisa dibilang saat mereka (si-X) itu juga menginginkan aku ada dalam tim mereka, aku tetap memilih stay di sini. Noted ya... organisasi ini bukan buangan. Camkan itu!!
Jadi kemudian di mana pertolongan Allah yang kamu yakini itu??
Di sini. Yupp! Di sini. Di organisasi ini. Di organisasi ini aku ketemu dengan orang-orang yang luar biasa baik. Bagus karakter pribadinya dan bagus pula pemahaman agamanya. Secara gak langsung Alloh mendekatkanku pada orang-orang (yang aku pikir) juga dekat dengan Dia. Kemudian aku bersyukur bahwa aku keluar di ***** dan masuk jadi anggota ***. Kalo aku dulu gak keluar mungkin aku gak dekat dengan orang-orang ini. Orang-orang yang bisa mengajarkanku untuk lebih mencintai Tuhanku.
Alloh...merci.... J
Teman-teman...merci J
Dan akhirnya aku baru sadar aku mencintai *** beserta orang-orang dan kegiatan di dalam nya. Ini namanya pelarian yang berujung pada cinta beneran.. ;)
Dan di atas itu semua aku lebih mencintai Tuhanku. Alloh, je T’aime.