Kota Jenewa selain terkenal
sebagai kota dengan tata kota menarik dan pusat berbagai organisasi besar di
dunia, juga terkenal sebagai kota tujuan wisata yang tergolong mahal.
Pemandangan alam Jenewa yang berlatarkan Pegunungan Alpen menjadi daya tarik
kota tersebut untuk mendatangkan para turis setiap tahunnya. Didukung oleh
iklim sejuk dan udara yang segar membuat para pengunjung semakin betah untuk
jalan-jalan di kota Jenewa.
![]() |
sumber: http://duniawisata.master.web.id/wordpress |
![]() |
The Jet d’Eau Fountain
|
Obyek wisata lainnya adalah Geneve Flower Clock yang berlokasi di Jardin
Anglais (English Garden) yang terletak tidak jauh dari Danau
Jenewa. Lokasi jam bernuansa taman dan bunga aneka warna ini dibuat pada tahun
1955 untuk dijadikan symbol yang mengintegrasikan teknologi Kota Swiss dalam
membuat jam dengan teknik penataan taman dan lingkungan. Pada hari-hari
tertentu, lokasi di sekitar taman tersebut sering dijadikan sebagai tempat
pertunjukan seni dan budaya.
Ini hanyalah sisi positif dari
keindahan kota Jenewa. Di sisi lain peningkatan jumlah turis di Jenewa turut
meningkatkan produksi sampah di sekitar lokasi tersebut. Pada tahun 2005,
organisasi swasta yang bergerak di bidang lingkungan hidup beserta para
sukarelawan dari berbagai golongan mengadakan aksi pembersihan sampah dari
Danau Jenewa. Sampah yang ditemukan di danau sejernih itu sangat mengejutkan, mulai
dari sampah plastik, kaleng kosong, sepeda hingga troli berhasil diangkat dari
dalam danau tersebut. Sementara sampah dari dalam danau mulai dibersihkan,
produksi sampah di sekitar danau justru semakin banyak setiap tahunnya, bisa
berupa puntung rokok, kaleng alumunium, dan sampah-sampah kecil lainnya.
Walaupun Jenewa salah satu kota
termahal yang ada di Eropa, hal ini tidak menyurutkan niat para turis untuk
singgah ke kota kecil di Swiss tersebut. Didukung dengan bergabungnya Swiss
menjadi bagian dari zona Schengen
pada tahun 2005 sebagai kawasan bebas paspor Eropa, yang berarti memperlonggar
kontrol perbatasan antara negaranya dan negara-negara di sekelilingnya. Menurut
harian Tempo, jumlah pengendara mobil di daerah perbatasan setidaknya ada 350
ribu kendaraan keluar-masuk Swiss. Hal ini telah mengakibatkan kemacetan di
beberapa titik kota di Swiss pada jam-jam tertentu, termasuk di Jenewa. Antrean
mobil terlihat di sepanjang lampu merah Rue de Lausanne di pagi hari
Dalam upaya meningkatkan kunjungan
wisatawan, hotel-hotel di Swiss menawarkan alternative dengan memberikan
pelayanan cuma-cuma yaitu gratis menaiki setiap moda transportasi, kecuali
taksi, untuk berkeliling ke tempat wisata di selutruh kota. Dengan kiat seperti
itu wisatawan akan tertarik menggunakan bus atau trem yang ada dan mengkonsumsi
makanan atau membeli souvenir yang ada di tempat wisata yang tergolong sangat
mahal.
Ide manajemen kota Jenewa sudah
sangat baik, hanya saja perlu diperketat mengenai aturan bagi para pendatang
yang berkunjung ke Jenewa sehingga control keamanan di Jenewa tetap bisa
dipertahankan dan Jenewa tetap mendapat predikat sebagai kota aman. Di samping
itu perlu adanya pengontrolan bagi turis yang mengunjungi obyek-obyek wisata
agar tetap menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tempat wisata dengan
mengajak para wisatawan agar peduli ligkungan.
Sumber :
Joice, Anastasia. 2009. “Mahalnya Jenewa”. http://www.kompas.com/
NTDTV.2010. “Relawan Bersatu Membersihkan Danau Jenewa.” http://indo.ntdtv.com/
Tempo. 2010. “Jenewa di Persimpangan Jalan”. http://majalah.tempointeraktif.com/